Tuesday, December 31, 2013

Laut

Tiap-tiap ombak yang melemah ke tepian akan mengantarkan tiap-tiap bulir kebahagiaan bagi yang merindu. Aku berdiri di sana untuk memberi laut tahu bahwa aku sedang rindu pada sapuan-sapuan air bercampur pasir di kakiku. Angin laut yang menari menyentuh tubuhku lalu merengkuh erat dan seperti mengikat tak hendak dilepasnya tubuh ini. Aku ingin di sini saja. Di pantai. Di mana rasa yang ada pergi bersama air laut yang melaut sampai yang tertinggal hanya bahagia.

Friday, December 27, 2013

Pulang

Oh begini rupanya senang yang kelewat hebat. Banyak kupu-kupu bersemayam di liang perutku. Ada kembang api meletup-letup di dada. Hendak aku menuju kotaku esok. Aku pulang. Rasanya seperti hendak jumpa kekasih yang lama tak sua. Begitu mendebarkan, aku begitu tidak bersabar. Akan lagi aku melangkahkan kaki di sana melanjutkan jejak jejak lalu, sebelum akhirnya nanti aku berjalan di tempat di sana. Semoga. Aamiin.

Monday, December 09, 2013

Is It Normal?

I just told my friend, Molly, that if someday I have a lot of money by myself, the only one I'm gonna visit is a psychologist. Something's wrong in me. I have felt it from a long long time ago that I have a serious mental problem. No, I'm not crazy enough to be kept in an asylum. I have a serious problem when meeting new people; I lose the real I am. I'll be someone else in front of new people. I realize it but I can't do anything to prevent it. I can't be the real me when we're not close enough but when we are, I'll be doing things they never think I could do before. Maybe you think it's a normal thing, but no, it's not like as simple as you think. In addition, I have an over sensitive side in me that no one could understand but a psychologist. It's really annoying. I can't even describe what happens in me. I have to heal myself.

Rencana

(saved as draft on September 2012, published on December 2013)

Kemarin ada yang bertanya kepadaku dengan senyum yang begitu mengembang namum dengan makna yang masih mengambang tentang keinginanku jaman putih abu-abu dulu. Dulu sekali, semasih muda, aku pernah berikrar kepadanya dengan tembok kuning muda kelasku beserta papan tulis sebagai saksinya bahwa aku ingin menikah muda. Aku bisa tertawa tepingkal-pingkal hingga malam tahun baru rasanya bila mengingat hal gila itu. Juga, aku menambahkan batasan maksimal usia aku menikah. 20. Iya. Dua puluh tahun! Entah jiwa belia yang bagaimana yang aku punya saat itu.

Dan sekarang usia ku 20 tahun lebih 3 bulan. Lewat sudah batas maksimal yang aku buat sendiri dengan bodohnya. Jauh sebelum usiaku 20 tahun, aku sudah mengubur dalam-dalam keinginan konyolku itu. Menikah ternyata tak semudah yang pernah aku bayangkan bertahun-tahun lalu. Jalanku masih sangat panjang untuk aku jalanin sendiri hingga nanti ada yang datang.

Sudah banyak rentetan rencana yang aku buat sejauh ini. Kali ini logika terlibat lebih banyak. Segala yang samar sudah mulai tersingkir. Semoga tidak cuma berakhir sebagai wacana belaka. Aku sudah memutuskan ke mana aku akan berkelana untuk menjadi bahagia. Semoga Tuhan merestui. Aamiin.

Sunday, December 08, 2013

Bandung

Kata Ayah Pidi, Bandung itu bukan cuma masalah geografis, lebih dari itu, melibatkan perasaan dan aku percaya masing-masing dari kita punya Bandung-nya sendiri-sendiri. Sangat mengesima bagaimana kemudian urusan perasaan bisa tekotak-kotak oleh masalah geografis. Aku pun punya Bandung versiku sendiri di mana selalu ada tenang dan senang ketika berada di sana. Selalu ada konsep "rumah" di dalamnya yang merupakan sebab aku selalu ingin pulang kepadanya dan pula sebab aku ingin selalu terbangun dan tertidur di sana tiap hari. Semoga, satu hari nanti. Aamiin.

Thursday, December 05, 2013

Lousy One



This is my father's old and lousy watch that I have worn since I was in 1st grade in senior high school. A long time ago, I borrowed it from my dad and I wore it everyday to school. I feel like I have got engaged to this classic watch. From its appearance, we know that this is not an expensive one but I do love it so much. I have worn this watch for several years. Though it doesn't look good anymore now, I still love wearing it. It has accompanied me in many important events in my life. I feel that my dad is always with me in every step I take when I wear it. Around 3 months ago, I bought two new watches so I gave this watch back to my dad. However, my new watches aren't better than this and few days ago I asked my dad to lend me this watch again. Yep, I'm kinda people who always feel incomplete doing daily activities without any watch. Even a lousy one.

Twitter

Twitter. You may follow everyone who doesn't always follow you back.

Aku belum pernah ngalamin hal kaya gini sebelumnya di jejaring sosial apapun yang pernah aku punya. Aku belum pernah ngerasa begitu terikat sama jejaring sosial apapun selain sama Twitter. Aku banyak follow akun-akun yang menurut aku menarik untuk dibaca, di samping akun-akun pribadi teman-teman aku. Saat ini aku ngefollow hampir 450an akun yang bisa dibilang banyak untuk ukuran akun yang punya follower sekitar 700an aja. Aku banyak follow akun yang biasa disebut "selebtweet" -apapun namanya itu, aku kurang peduli- yang menurut aku, apa yang mereka post di Twitter itu menarik-menarik banget, entah itu lucu, garing, informatif, ataupun kreatif. Tweet-tweet yang menarik itu terlalu akung kalau cuma dibaca gitu aja. Aku selalu ngedokumentasiin tweet-tweet yang menurut aku menarik itu pake 'screen capture'. Lain hari, aku suka baca-baca lagi tweet-tweet itu dan selalu bisa ngebuat aku tersenyum bacanya. Sampai saat ini mungkin udah ribuan lebih tweet yang aku capture.

Istilah 'selebtweet' mungkin ngga begitu akrab bagi beberapa orang sih. Dan bisa banget dipastikan timeline orang macem itu pasti sepi dan ngebosenin banget. Aku bersyukur banget karena aku berada di lingkungan orang-orang yang juga follow para 'selebtweet' ini. Kebanyakan, aku dan teman-teman follow orang aku sama tapi tidak selalu, kembali lagi ke selera. Ini yang menarik. Kita, aku dan teman teman, sering banget bahas tentang mereka dan tweet mereka di manapun dan kapanpun. Obrolannya kurang lebih kaya gini.

Moving



I just bought a new book tittled Pindah, the tagline of which is "Ada indah di setiap pindah". I really love the tagline and also the design of the book cover. For the tittle is Pindah (moving), one thing chosen to be the theme of the cover is the cardboard boxes. Cardboard boxes are so identically related to moving. When people are gonna move to another place, cardboard boxes happen to be used to package all of stuff. Cardboard boxes are used to make us easier to carry all things needed to be moved. Move to another place, the better one. One thing to be remembered when putting in all the stuff is which stuff is worth carrying. Not all stuff of us needs to be put into the cardboard boxes. Some stuff is better left in the old place just like memories and stories. People do have memories made in their own stories with people they may love or hate. Memories and stories will always be there. We cannot erase them for they happened in our past but we can, for sure, leave them and let them stay in our past. They live there and we have the power not to carry them to our present and future. We have to be so selective about which stories or memories deserving place in our life. When we do any mistake in selecting them, we will find difficulty to enjoy this blissful life. If you're willing to move, recheck your cardboard boxes. Put all important stuff outside and leave them. You know the cardboard box for memories and stories is your mind. Recheck whether memories and stories staying there are worth being there! Let's move to better place! Let's move forward!

Monday, November 25, 2013

Senja yang Berkawan

Senja kala itu membahagiakan walau hanya duduk-duduk bertukar cerita di sudut sebuah tempat makan yang tak pernah sepi itu. Lagi, yang patut disyukuri terkadang adalah perihal dengan siapa, bukan kapan dan di mana. Obrolan santai berbau nostalgia menyeruak di antara asap rokok milik salah satu di antara kita. Begitulah kita kelak. Seperti asap rokok itu. Satu saat mungkin waktu akan memudarkan keberadaan masing-masing dari kita. Tak lagi sanggup dilacak mata, tak lagi mampu diendus hidung. Tak banyak memang yang kita lalui bersama tapi menghabiskan hidup sebulan penuh di tempat jauh di sana bersama-sama sudah cukup mampu menjadi alasan aku bisa duduk di tempat itu berjam-jam. Semoga akan selalu ada sapa hangat "Hai, apa kabar? Kangen" yang selalu mengikat kita kala jarak ratusan kilometer nanti membentang. Semoga selalu ada tawa yang lahir ketika kalian mengingat hal-hal bodoh tentang kita. Semoga selalu bahagia, teman.



                                 Duo Padang, Aziz dan Ogie                   Mollyna dan Aziz

Bias(a)

Ada yang jelas-jelas mulai bias, mulai kabur. Aku tahu ini awal dari sebuah akhir cerita yang entah sudah dimulai atau belum. Aku kini berpijak pada debu-debu yang melekat erat pada kenangan hari-hari kemarin. Sebentar lagi tergelincir. Ah akhir yang sudah bisa ditebak sedari lama, sedari aku belum sejatuh ini.

Stranger (Again)

If we are not meant to be together, will we act like a stranger (again) to each other?

Lekat

Ada bulir-bulir serbuk kopi yang tersisa di kerongkongan, menghalangi kata-kata pilu yang harusnya terlontar tak beraturan. Sisa-sisa serbuk kopi ini terlalu pahit untuk tetap di sana. Seakan-akan, mereka melekat erat dan tak mau bergerak menghilang. Mungkin seperti halnya aku yang hanya ingin lekat denganmu, tak mau beranjak mengambil jarak. 

A Short Serious Conversation

"Sometimes the person you fall for isn't ready to catch you." -@ohteenquotes

N: No, it should be "often" not "sometimes". 
R: Aku sudah cukup kuat untuk menangkapmu, tapi tak cukup kuat untuk menggoyahkan pohon yg sedang kau naiki. 
N: Tak perlu kau goyah pohon itu karena sesungguhnya gravitasi berpihak padamu. 
R: Aku tak mampu jika harus menunggu pohon itu rapuh dan menjatuhkanmu. 
N: Menunggu saja tidak mampu, mau menangkapku? Pikirkan lagi. 
R: Tak pahamkah kau arti relatif? Umurku tak sepanjang umur pohon. 
N: Apalah artinya paham makna relatif jika tak paham bahwa aku tak setangguh itu menaiki pohon. Gravitasi ini lebih brengsek merayuku turun sebelum sempat pohon itu merobohkan diri. 
R: Karenanya lah, aku tak setangguh pohon, tak sebrengsek gravitasi. Aku hanya sekedar siap untuk menangkapmu dan membawamu pulang. 
N: Oh itu berarti sometimes the person you don't fall for is so ready to catch you? 
R: Iya, kalau kamu bisa melihat sekitar.

Sunday, November 24, 2013

Larut dalam Kopi

"Ngopi itu kebutuhan, bukan trend." -@supermomo

"Coffee is the most committed relationship I have had so far." -Evina


Ada tenang di tiap sesap kopi. Aku selalu candu pada kopi serta cerita dan tawa yang larut di dalamnya. Ada bahagia yang mengalir ketika tegukan demi tegukan kopi membasuh kerongkongan yang selalu dahaga. Aku pun begitu, Akan selalu haus akan cerita-cerita berisik yang kita buat hingga gaduh menghampiri. Aku suka saat-saat kita mengabadikan "kita" dalam kamera untuk lalu akan aku lihat-lihat lagi di hari nanti ketika kegiatan duduk-duduk-ngobrol-sambil-minum-kopi sudah susah adanya untuk dilakukan bersama.

Ngopi Doeloe | Jatinangor | 22 November 2013 | Mollyna Ezyando.


Dear, Geoda (repost)

 #30HariMenulisSuratCinta - Januari, 2012

Tetiba ingat pernah bertukar surat sama Geoda dan tetiba ingin kembali menampilkannya di sini. Hampir 2 tahun silam. Yang kali ini berbonus foto yang bersangkutan.


Cafe Pelangi, Semarang, 18 November 2013

"Hai Giustia Geoda, temanku sejak sama-sama berbaju putih abu-abu.Awalnya aku hanya bisa menyunggingkan senyum simpul membaca suratmu untukku (surat ini) beberapa waktu lalu. Lama-lama tawaku pecah seiring banyaknya deretan kata tentang aku yang begitu memalukan. Saat aku membaca kata-kata di sana, seperti ada layar besar dihadapanku yang memutar ulang semua yang telah kita lewati bersama. Kata-kata di sana tidaklah sulit dipahami tapi tidak semua yang membaca dapat memahami bagaimana kita dulu. 
Awalnya memalukan tapi berakhir memilukan. Gelak tawaku habis. Yang tersisa kemudian adalah kesedihan yang tidak tertahan ketika layar besar di hadapanku selesai memutarkan ceritanya. Seperti ada yang menepuk pundakku dan menyadarkanku bahwa semuanya tidak lagi sama. Sangat ada keinginan untuk kembali ke saat-saat di mana kita benar-benar menjadi kita dengan melakukan apa yang kita mau. Itu adalah masa sekolah yang terlalu indah untuk dilupakan hanya karena terhenti oleh jarak. 
Saat ini ketika mataku tidak seliar dahulu untuk menjumpai sosokmu, saat tanganku seperti terborgol untuk bisa menggandeng tanganmu, aku sadar kita masih sama. Waktu yang bergulir memang mengubah keadaan tapi tidak bisa mengubah bagaimana kita. Jarak yang membentang membuat kita jauh tapi tidak menjauhkan hati kita." 
Aku tulisakan lagi potongan lirik lagu yang pernah aku kirimkan melalui layanan pesan singkat lebih dari setahun lalu yang sekaligus menutup surat ini;
"…no one understands me quite like you do."
Yes, I really mean it.

A Short Amateurish Biography | 2010-2012

This was actually my final assignment for a course lectured by Bu Atwin in 5th semester.

***

It was a shinny day like other days in that month but it seemed very different for me. I felt like the sun shone much brighter than ever in that day. I could even hear the birds sang melodiously since I woke up when actually there was no bird around me. I was really excited to face that day because it was one of my big days of my life. That was the very beginning of a new part of my life. Until now, I have never stopped feeling lucky to have a chance to continue my study to a higher education at university after senior high school while many other people at my age are not as lucky as me. Many friends of mine did not continue their education and chose to get a job. That was why I called that day as my big day.

My big day started when I was standing in front of a bank together with my dad and my mom. Like other banks, the bank where I was standing was crowded. Many people passed me by fast. I asked my dad to go into the bank to do what we had to do; paying my tuition. I had successfully passed the test to be a college student at Universitas Padjadjaran and it meant that I had to pay the tuition. For the second time, I asked my dad and my mom to come in to the bank but my dad suddenly touched my shoulder and talked to me, “Are you sure to take the chance to study in UNPAD? I do not have much money. You have to be sure to take the subject you have chosen. You have to promise me that you will finish what you start today. This is a beginning of you new life and your new responsibilities. If you are not sure to take this chance, let’s go home.” My dad talked very slowly to me but I felt quite shocked. Certainly, it was not just a simple question for me. After listening to my dad’s words, I did not say anything. I asked the same question to my own self. I asked myself whether studying English at Universitas Padjadjaran was something that I really wanted. “Are you sure with your own decision?” I asked to myself and this was the only question in my head. After being silent for around two minutes, I doubtlessly said, “Yes, I am really sure. I promise you I will finish what I start today.” My mom smiled when she heard those words came out of my mouth. Maybe, she was too happy to see that I could decide something by my own self and it meant that I was not her little daughter anymore.

***


Wednesday, November 20, 2013

Tidak Tersisa

Saat tiba waktunya nanti aku mulai memudar dari rongga-rongga isi kepalamu, aku pastikan aku akan sedang berdiri di ujung jalan ini bersiap untuk berlari menjauh, mencari tempat untuk berdamai, berdamai dengan hati sendiri. Dalam lariku nanti, aku harap pikiran tentang ‘kamu’ akan dengan liarnya tercecer di jalanan duka itu. Aku ingin tidak lagi ada ‘kamu’ di kepalaku ketika tidak ada lagi ‘kita’ yang tersisa.

Tuesday, November 19, 2013

Rain of Coffee

Having a cup of coffee in the afternoon while raining outside at a delightful place with the one(s) you really love is a gift to thank for. And I was lucky enough to have that moment. I still clearly remember what we talked about in a table on the corner of that place. We talked about us, my favorite topic to talk about. We talked whether we should stop or just go on. It was such a confusing moment but I really enjoyed it. Maybe it was because all things around me at that time; the coffee maker, a cup of coffee, his cup of hot chocolate, my sweet cake, pouring rain, coldness, those beautiful walls, and all people there. There were only several tables in that place and nothing was empty. People sat on their chair comfortably and enjoyed the atmosphere. It was all warm and relaxing though I can’t help the coldness coming out of air conditioner above him. It made me hold his hands so tight, both to make me warm and to never let him go.

Wednesday, November 06, 2013

Jatuh

Ketika aku tidak lagi bersenjatakan peluang, aku tahu bahwa harap yang mengantarkan aku ke tempat ini. Aku lalu dengan begitu eratnya berpegang pada seutas tali ini; tali harapan. Tempat ini terlalu tinggi hingga tidak lagi aku dapat lihat kepingan-kepingan kesedihan yang berserakan jauh di bawah. Aku sesekali melihat ke sana dan itu membuatku lalu berandai-andai. Aku berandai-andai jika nanti, suatu saat nanti, tali yang aku genggam ini putus, aku akan serta merta meluncur jatuh ke dalam kepingan-kepingan kesedihan itu dan lalu terpuruk di dalamnya tanpa bisa meronta. Hanya tangisan mungkin yang akan menemani. Dan aku tahu, itu hanya tinggal menunggu waktunya saja. Aku hanya berharap semesta berkonspirasi untuk tidak membiarkan aku jatuh. Aamiin.

Monday, November 04, 2013

To Feel

If you ask me what the best thing we could do, my answer will always be "to feel". It doesn't matter how bad the feeling, how great the feeling, or how abstract the feeling, as long as you're able to have a feeling towards something, it's amazing. You may never understand what's going on in you, but you will always feel something. You exactly have a chance to feel some contrary feelings in the same time. Yes, human being is so unique. You're maybe happy when you're sad and in another time you may cry in your crunchy laugh. Moreover, we sometimes feel sad and happy at the same level in the same time. If you don’t, maybe it’s just me. I’m really happy when a half of me is totally sad thinking about losing him. I think this is a process of mine to be at the point that I will feel neither happy nor sad. All I feel's supposed to be just peaceful. After all, I believe that what to feel actually depends on us because we can choose what to feel by ourselves. Unfortunately, most of us have difficulty in choosing what to feel when it's surely possible to do.

Sepakat Meniadakan Kita

Ada asa yang membumbung terlalu tinggi ketika masih pagi. Ada harap yang lalu terus diintai awan gelap. Kita sepakat, ini terlalu dini untuk menjadi sebegitu jauh. Tidak usah menyesali diri untuk lebih memilih yang telah dikejar sedari dulu ketimbang yang ada. Karena mungkin nyatanya yang ada bukan yang diinginkan. Mari mulailah merentang jarak sebelum akhirnya terlalu pilu untuk tidak bersama. Hingga akhirnya kita sepakat untuk tidak lagi ada "kita" yang bernyawakan kamu dan aku.

Saturday, September 28, 2013

I'm on Saussure's Way

"Being whatever the others are not" is another way to say "be yourself!"

To Make Sure

I love listening to your long complicated love stories just to make my self sure that love exists to color someone else’s life.

Lama Terdiam

Aku terduduk di atas pusara diam, dihimpit perkara kata-kata yang bergumul di kepala. Haruskah diam ini terus bergelayut hingga ribuan malam lagi atau haruskah aku perlahan membuka mulut dan membiarkan kata-kata ini keluar dari persemayaman? Tiga detik berlalu. Aku kini mulai bangkit dan menyambar kemoceng di atas meja. Aku kemudian mulai menyapu kata-kata yang berserakan di kepalaku yang sepertinya sudah terlalu rapuh untuk menahan rontaan dari manapun. Tidak lagi ada kata-kata yang tersisa. Dengan cekatan, kuraih secangkir kopi di sebelah buku itu. Aku teguk hingga tak bersisa. Setelahnya, dengan tergesah-gesah, aku buat langkah-langkah panjang menuju pintu depan untuk kemudian menemukan rumah baru. Aku sadar, aku sudah terlalu lama di sini tanpa melakukan apa-apa.

Kodaline

Hi, it's been ages I didn't write anything down here and on this blank white page, I'm gonna tell you about my current addiction, in music exactly. Hahah it sounds weird to say 'in music' since I actually know nothing about it. A few days ago, my friend asked me to lend a hear to Kodaline. Actually, I had heard about the name 'Kodaline' before she told me but I didn't have any intention to type "Kodaline" on YouTube search bar. But it all changed after I took a look at their music video titled "All I Want" and "High Hopes". Honestly, I cried watching the two videos for the stories in that video were emotionally so sad. I didn't take any interest in their songs at first. I didn't pay attention to the songs because I fully focused on the videos. But then, I replayed the videos and I was immediately dying to the songs. The songs were so calm, just like a lullaby. I really love it and can't stop listening to those two songs. Well, I also love another one titled "The Answer". After all, their songs are all great. I juts love it excessively.

Kodaline

With all humility, I admit these words aren't qualified to be categorized as a review about a band hahaha. It's surely disappointing for I didn't give any information in detail about their music. I always think that any music review about a band or any musician's work won't help you at all to know deeply about them, about their musics. The only way to know how they are is listening to theirs and if you want to know any information about the members, album, etc, just go to Wikipedia, our best friend ever. Through these symbolic signs, I just tell you that I love them and their songs so much. I've told you I know nothing about music but I know exactly what my ears want to hear :) Kindly lend a hear to these two amazing music videos by Kodaline, another awesome Irish-musician. Btw, the bass player, Jay,  is so hot.

 
Kodaline-All I Want

 
Kodaline-High Hopes 

And, say hi to Jason Boland a.k.a Jay!!

Mention the Names

Mention the names of people you want to talk to! Just to turn something blur into a clearer one. One thing you must remember; don't mention the wrong names.

Thursday, August 22, 2013

Memeluk Malam

Pada akhirnya, aku selalu ingin kembali pada malam yang temaram. Bagiku, yang meneduhkan itu adalah lampu-lampu jalan kota ini kala senja mulai berpamitan. Aku selalu ingin berjalan bersamamu perlahan, mengayunkan tangan, dengan langit hitam padam menjadi latarnya. Aku selalu rindu malam yang tentram karena darinya lahir kata-kata klise sebagai penutup hari. Di dalamnya, selalu terselip bait-bait doa dengan namamu sebagai bagian dari pengharapan. Bulan saksiku, saksi bahwa aku selalu ingin jatuh cinta sekali lagi pada malam. Dan kepada pagi yang menanti di ujung sana, biarkanlah malam ini lebih panjang daripada malam kemarin.

Sesederhana Ini

Aku menikmati duniaku yang sederhana. Aku menikmati lagu yang aku dengar. Aku menikmati ocehan teman-temanku yang berisik. Aku menikmati setiap rasa tanpa terpaksa. Aku menikmati tiap tawa yang bergema. Aku menikmati luka yang masih menganga. Aku menikmati tiap teguk kopiku yang hangat walaupun ketika diminta untuk jujur, aku akan mengatakan aku akan lebih menikmati kopiku tanpa rasa perih setelahnya. Aku menikmati tiap langkah yang aku buat walaupun tiada langkahmu menyertai. Aku menikmati suaramu yang lirik di seberang sana. Aku menikmati hidupku yang sederhana yang tanpa kamu di dalamnya.

Diksi Mati

Tibalah saat aku mulai menyadari bahwa kata tidak melulu bermakna. Aku tenggelam dalam diksi yang lantas dengan semena-mena menyingkirkan apa-apa yang aku ingin kau tahu. Tidak lagi aku mampu menitipkan potongan-potongan cerita suka duka -seperti biasa cerita duka mengambil porsi lebih besar- melalui kata ketika ternyata aku tersesat dalam diksiku sendiri, dalam ruang yang tak lekat denganku. Aku berlari tanpa arah mencari kata yang kiranya mampu mengantarkan ceritaku masuk ke dalam rongga-rongga otakmu tapi nyatanya tiada kata aku dapat. Diam nyatanya masih terlalu tangguh perihal rasa yang terendap, kata yang tersesat, dan kisah yang tak beralur.

Monday, August 05, 2013

Joking Apart

Sometimes, I put something true or honest about what I think I am in my jokes because some people tend to be more honest when no one asks for it and I'm one of them. Sometimes, the most honest thing that you keep comes together with those small unimportant things offhand and it's just about to happen without any control from you. It just happens. The honest things you keep the most will find many ways to blow itself out of your mouth and one of the ways is through jokes. Some people just don't know that some things need to be said. In addition, when they have already known about it, most of them just don't know how to do it. Just don't worry about that situation because they, the things that you keep, will help you. They'll come out whenever there is a chance and I think that there are so many chances in those jokes you make. It's not a sin to say something true through your jokes but don't be disappointed if the one you talk to doesn't get it.

Anyway, I actually like saying an honest thing through my jokes but I'm not that kind of person putting jokes when I say something serious.

Tuesday, July 30, 2013

Let's (S)talk!

Why do we have to stalk each other when it's so much better to talk to each other? Have you ever thought that instead of stalking, talking is more interesting. It would be so much better if we can take a few minutes to talk to each other about anything; stuff that we like, music we listen to, great people we adore, people we may like, cool thought we are stuck in, people we follow in twitter, or many other things, even the unimportant ones. When talking, we don't need to always guess anything like what we do when stalking. Talking is maybe something simple and very common to do but it would be so much valuable if you do it with someone you adore. I'm used to stalking people, especially people I adore because I think it is the only way I can do to know them closer. I still do it until now but then I just realized that stalking isn't that good. I often get disappointed or even sad when I find bad news while stalking which isn't clear whether it is true or not. We can only guess and make our own perception about something without being able to ask about it directly. On the other hand, talking makes us easier to ask about something to the people we talk to easily if we have been close to them. Now I'm going to stop telling you about how good talking instead of stalking and do the opposite. You know? Balanced. Or maybe, dilemma. Hahaha. Like what I have said, talking is good. Unfortunately, talking to the people we adore is never easy, isn't it? It feels like talking to the strangers. Sometimes, when we talk to someone, we just don't know what to say anymore maybe because we are too nervous. When talking, people seem to be close to each other but maybe they are actually not but when stalking, people don't seem to know each other but maybe they know each other better. Now, I'm confused which one I should choose, talking or stalking. I think it's better to stalk each other before talk to each other, isn't it? Hahaha. Anyway, I always love those butterfly in my tummy when I talk to people I adore.

21st Birthday

It's 30th July and I'm just going to post some photos of my birthday. It's kinda (too) late but who cares? :)

I'm always excited about my birthday. It is not because I will get some presents but because I will get so many birthday greetings from anybody, including the ones I don't know about. It surely makes you happy when you know that people voluntarily take some minutes to type something to congratulate you, doesn't it? Getting many birthday greetings is one of the best gifts to thank for. In those birthday greetings, there are many prayers for you, for your unlimited happiness, your big success, your good health, your education, and many other good things. It successfully adds the happiness in your birthday.

It was my 21st birthday and also my first birthday in Jatinangor without them (you know who) and it was differently different. God has sent me the other ones replacing the old ones and I'm always thankful for it. This year, I got more than 1 celebration from my friends. For the very first time, I got a midnight surprise from Molly, Tiara, and Hendri. Love youuuu!

Friday, July 26, 2013

Alinea Baru

Melangkah bertaruh arah melalui satu demi satu kata yang pernah terlontar. Langkah ini mencari titik karena barangkali sudah lelah dengan spasi-spasi yang terus memberi jarak. Lebih baik berhenti saja, berhenti yang tanpa tanda tanya. Lalu bergegas bertemu titik hingga tidak lagi ada luka yang tercipta di balik spasi-spasi bisu yang pilu itu. Aku biarkan langkah ini berhenti di ujung sana untuk kemudian merangkai huruf kapital baru sebagai tanda dimulainya sebuah rangkaian kata baru. Atau haruskan aku bubuhkan jarak jauh ke bawah sebagai awal dari alinea baru? Ah lebih baik aku cari halaman baru untuk kemudian aku tuliskan kisahku yang lainnya.

Friday, June 14, 2013

I Want to See the Way You See

I always highly want to see something differently from someone else's point of view because I am getting bored with my own thought about something. We were born with different kind of brain, we think variously. We were also made of different kind of eyes making us see something in our own way. The way you see something is always different from the way someone else sees.

Don’t you get bored with your own thoughts? Don’t you get bored every time you see “yellow” as only “yellow”? Sometimes, I think I am just trapped in my own thoughts when I only see something the way my eyes see. If I were able to borrow someone else’s eyes, I would extremely be so much happier. I am getting bored with the “color” covering something from my own point of view.
I want to see “yellow” the way Karlina Denistia does.
I want to see “feminism” and “woman” the way Bu Atwin does.
I want to see “football” the way Frank Lampard does.
I want to see “branded stuff” the way Syahrini does.
I want to see “Ian Somerhalder” the way Mollyna Does.
I want to see “Big Bang members” the way Debby does.
I want to see “polygamy” the way Teh Nini does.
I want to see “cigarettes” the way Kang Adi does.
I want to see “straight hair” the way Jeje does.
I want to see “Kinal” the way Arey does.
I want to see “Remedy Waloni” the way Geoda does.
I want to see “camera” the way Jerry Aurum does.
I want to see “cat” the way Dina and Tiara do.
I want to see “mathematics” the way my father does.
I want to see “traditional market” the way my mom does.
I want to see “shuttlecock” the way Susi Susanti does.
I want to see "Madhuri Dixit" the way Denny does.
I want to see "Es Sarang Burung Walet" the way Della does.
I want to see "movies" the way Ari does. 
Actually there are so many other things that I want to see from another’s point of view but I really want to see “myself” the way others do.

Besides seeing from someone else’s point of view, I also want to understand what I cannot imagine because some things can only be understood, not be seen.

I want to understand “diversity” as much as Angelina Jolie does.
I want to understand “the feel of being ignored” as much as Rebecca Black does.
I want to understand “theory of relativity” as much as Albert Einstein does.
I want to understand “the feel of being a young mother” as much as Fikkah does.

You know everyone has their own thought about something. I think it will be so much more interesting if we can see something from many points of view. It will let us understand that not everything will always work the way we want because not all people think the way we think. Now, may I borrow your eyes to read this writing from your point of view?

Sunday, April 14, 2013

Tenggelam dalam Secangkir Kopi

Aku bukan masa lalumu. Bisa jadi juga bukan masa depanmu. Tapi kini, bolehlah aku bersorak karena kamu sedang terduduk di hadapku, menikmati secangkir kopi di sore ini. Tak peduli bagaimana, biarkan aku menggangap bahwa tak ada satu teguk kopipun yang kamu nikmati tanpa ada kesertaan aku di dalamnya. Mari bersepakat denganku; sore ini akan menjadi satu-satunya sore ke mana kamu selalu ingin kembali.

Friday, April 12, 2013

Eavesdropping

*Di kantin FIB Unpad*

M: "Bu, pesen mi rebus 1."
I: "Mi goreng apa mi kuah?"
M: "Mi rebus, Bu."
I: "Iya, semua juga direbus, Neng."
M: "..."

Bener juga sih si Ibu Kantin...tapi kaaan...

Monday, April 08, 2013

Days Ago

Days ago, there was a friend of mine whom I labelled as my very best friend. She was just kind. Very kind, I meant. We spent our time -almost 24 hours- together without any tears. There was only laughter between us. It seemed that nothing could separate us but unfortunately, I was wrong. I don't know where she is now. She's gone without any "goodbyes". Actually, she went nowhere. She is here, by my side but I just cannot find the old her anymore. It is sad when something turns into something worse, isn't it? I laugh with her everyday but all I hear is different laughter. She gives me her smile but the smile isn't as same as yesterday. She talks to me about many things but sometimes, she produces different tone of voice. She's now walking on her own way, so am I. For whoever you are, if you meet (the old) her, tell her that there's someone who's been missing her so bad.

"Do I have to be a stranger again to find the old you?"

Cliche

Lelah mungkin tidak. Sekadar bosan melakukan hal yang sama berulang-ulang; menangisi keadaan. Terdengar cliche memang, tapi pilu ini kelewat hebat. Selalu ada ketidaksiapan batin setiap bisu itu datang. Aku bukan dewa yang bisa paham segala diammu. Maaf bila ini buatmu hanya sekadar drama tiada makna. Sungguh aku tidak sedang bermain peran. Hanya saja pilu ini kelewat hebat.

Berair

Kadang air mata terlampau hebat menyiratkan apa yang dirasa ketimbang kata-kata yang keluar dari mulut. Sesungguhnya air mata menyimpan banyak kata di tiap butir yang mengalir yang tak sanggup terucap oleh mulut yang berkemelut. Kadang harus benar-benar menutup telinga untuk bisa benar-benar mendengar apa yang ada. Karena kata yang keluarnya bersama air mata, hanya bisa didengar dengan hati yang mengasihi, bukan dengan telinga yang menganga.

Aku tak pernah menggangap menangis itu hal bodoh. Menangis bagiku adalah cara paling ampuh menyampaikan apa yang bersemayam di dalam hati. Dan nyatanya menangis berada di kasta tertinggi di kelasnya ketimbang diam yang tanpa kata, berujar yang tanpa henti, dan berpuisi yang tiada puitis.

“You’re so beautiful to look at when you cry.” -Pavement, Shady Lane

Friday, March 15, 2013

Diam dengan Lantang

Ada banyak yang tidak mampu divisualisasikan oleh kata-kata. Diam nyatanya lebih angkuh. Dibungkamnya rapat-rapat mulutku hingga banyak kata tersandera. Aku diam dalam hening, lari dari pening, tapi tak kunjung keruh ini menjadi bening. Aku jalarkan tatapan-tatapan liar kala kata-kataku enggan bergelayut dalam rongga telingamu. Aku biarkan kamu bersuara lantang. Sila melontarkan kata busuk tentang aku sebanyak yang kamu bisa. Sila lakukan tanpa henti hingga akhirnya kamu yang membusuk tertimbun malu. Aku ingin diam saja hingga semua akhirnya berjarak. Hingga diamku pun akhirnya enggan berdiam di antara kita.

Silly Convo

*lagi nonton The Voice Indonesia*

N: Ih kayanya dulu yang ngiklanin The Voice mah si Bebi Romeo ya. Kok malah dia ga jadi juri?
M: Oh iya ya, kok malah dia ga ada. Ini siapa aja jurinya?
N: Sherina, Giring, Glenn, sama Armand.
M: Ooh..
N: Tapi menurut lo mending The Voice apa X-Factor sih?
M: Mending mana yaaa.. Emang kalo X-Factor siapa aja sih jurinya?
N: Rossa, Anggun, Ahmad Dani, terus siapa tuh cowonya satu lagi?
*M dan N sama-sama diem sambil mikir keras... Keras banget. Kaya obat.*
M: Ih oon, satu lagi ya Bebi Romeo.
N: OH IYA!!! Hahaha

Maap maap nih pemirsa, kita mah bukan angkatan X-Factor sama The Voice. Kita mah AFI mania.

Monday, March 11, 2013

Aku. (repost)

Untuk kamu, seseorang yang lekat denganku. 
Katanya sedang dirundung murung ya? Ah sudah bisa aku tebak gelagat hatimu. Masih suka begadang terpaku pada lini masanya? Matamu menghitam, kurang tidur. Aku bisa bayangkan sehitam apa hatimu. Itupun bila masih utuh. Aku takut tidak bisa mengenali warnanya karena sudah terurai dan berserakkan entah ke sudut yang mana. 
Jalanmu arahnya ke depan. Jangan terlalu sering menengok ke belakang nanti tersandung. 
Menaruh rasamu jauh di belakang bahumu memang tidak semudah menari di bawah hujan sambari menunggu pelangi tapi bila berhasil, kamu dapatkan yang lebih indah dari pelangi. Sudahlah, lengkung bibirmu ke atas lebih indah dari pada sebaliknya. Senyumlah maka dunia akan tersenyum bersammu. 
Tidak perlu lagi menunggu sambarannya di sebaris kicauanmu. Ia sedang sibuk berkicau dengan burung-burung lain yang corak bulunya jauh lebih indah dibanding denganmu. Aku tau kamu selalu berharap dalam penantian tapi yang aku tidak habis pikir, penantian macam apa yang kamu maksud? Ia tidak berjalan ke arahmu. Jadi, jangan menantikan kedatangannya. Bukalah jalanmu untuk yang orang yang lebih baik.  
Pelangi sedang menunggumu untuk sama-sama melengkungkan senyuman.
#30HariMenulisSuratCinta2012

Thursday, February 28, 2013

Doa Kala Senja

Kepada hangatnya senja, aku titipkan deretan doa untuk mereka yang baru datang dari berbagai simpang. Semoga Tuhan mencukupkan kasih mereka agar tetap ada yang tersisa untukku. Semoga mereka bukan hanya singgah sejenak lalu beranjak agar kami tidak pernah berjarak. Semoga hangat menyergap dan mendekap mereka ketika aku mulai menyelinap masuk ke dalam dunianya barang sekejap. Semoga jabatan erat tangan-tangan mereka tak pernah mengendur hingga aku tertidur. Semoga rangkulan kuat di bahuku tak pernah melemah walau lelah. Semoga mereka tetap menjadi canduku dalam rindu yang menggebu.

Friday, February 15, 2013

Diam, Biar Berjarak

Ada rasa yang perlu dipertegas agar terlihat batas yang melintas di antara kita. Mungkin harus rajin-rajin mengingat bahwa ada hati yang sebaiknya diam dalam malam yang temaram agar tak lagi ada yang padam. Aku tak mau lagi berjalan terlalu jauh karena peluh ini sudah semakin jenuh. Aku mau duduk di sini saja, diam yang tanpa kata. Aku tak mau beranjak agar jarak ini semakin berarak memisahkan apa yang sebenarnya tidak pernah beriringan.

Saturday, January 12, 2013

Merentang

Banyak yang hanya sekejap dan menghilang cepat. Ada yang mulanya hanya lewat tak bertepi tapi ternyata tak kunjung pergi. Kubiarkan ia singgah meski sejenak karena rupanya ada hati yang masih ingin ia untuk tetap tinggal. Di lain hari, ketika isi kepalaku serempak berkata tidak, aku ikuti kemudian. Aku sengaja tidak lagi menengok kata hati. Aku tahu itu hanya akan mengganggu laju langkah di jalan setapak ini. Kini, aku biarkan ia tidak singgah lagi karena memang destinasi awalnya tidak terbingkai pada aku. Aku biarkan tanganku merentang luas melepas apa yang seharusnya tidak pernah ia dekap erat.

Lantang tapi Malang

Ada yang terlalu bersuara lantang seolah ingin menantang petang. Sayang, hanya lantang dalam kungkung malang. Tak usah berlenggak bak pemenang jika yang mengakuinya hanya dirmu seorang. Aku bukan ahli paham. Aku tak paham apa yang berlenggang manja di kepalamu. Kiranya kau memenjarakan aku terlalu tinggi sehingga tidak siap ketika aku mulai berlari. Berlari dari pikiran-pikiran yang kau bangun sendiri tentang aku. Tak perlu berkata-kata nista karena nyatanya kau sedang menggambarkan bagaimana dirimu sebenar-benarnya lewat kata-kata itu. Jadilah senang di jalanmu sendiri yang tanpa harus mengusik jalan orang lain yang telah benar-benar bahagia. Tak sekedar pura-pura belaka.