Sunday, November 24, 2013

Dear, Geoda (repost)

 #30HariMenulisSuratCinta - Januari, 2012

Tetiba ingat pernah bertukar surat sama Geoda dan tetiba ingin kembali menampilkannya di sini. Hampir 2 tahun silam. Yang kali ini berbonus foto yang bersangkutan.


Cafe Pelangi, Semarang, 18 November 2013

"Hai Giustia Geoda, temanku sejak sama-sama berbaju putih abu-abu.Awalnya aku hanya bisa menyunggingkan senyum simpul membaca suratmu untukku (surat ini) beberapa waktu lalu. Lama-lama tawaku pecah seiring banyaknya deretan kata tentang aku yang begitu memalukan. Saat aku membaca kata-kata di sana, seperti ada layar besar dihadapanku yang memutar ulang semua yang telah kita lewati bersama. Kata-kata di sana tidaklah sulit dipahami tapi tidak semua yang membaca dapat memahami bagaimana kita dulu. 
Awalnya memalukan tapi berakhir memilukan. Gelak tawaku habis. Yang tersisa kemudian adalah kesedihan yang tidak tertahan ketika layar besar di hadapanku selesai memutarkan ceritanya. Seperti ada yang menepuk pundakku dan menyadarkanku bahwa semuanya tidak lagi sama. Sangat ada keinginan untuk kembali ke saat-saat di mana kita benar-benar menjadi kita dengan melakukan apa yang kita mau. Itu adalah masa sekolah yang terlalu indah untuk dilupakan hanya karena terhenti oleh jarak. 
Saat ini ketika mataku tidak seliar dahulu untuk menjumpai sosokmu, saat tanganku seperti terborgol untuk bisa menggandeng tanganmu, aku sadar kita masih sama. Waktu yang bergulir memang mengubah keadaan tapi tidak bisa mengubah bagaimana kita. Jarak yang membentang membuat kita jauh tapi tidak menjauhkan hati kita." 
Aku tulisakan lagi potongan lirik lagu yang pernah aku kirimkan melalui layanan pesan singkat lebih dari setahun lalu yang sekaligus menutup surat ini;
"…no one understands me quite like you do."
Yes, I really mean it.

No comments:

Post a Comment