Tibalah saat aku mulai menyadari bahwa kata tidak melulu bermakna. Aku tenggelam dalam diksi yang lantas dengan semena-mena menyingkirkan apa-apa yang aku ingin kau tahu. Tidak lagi aku mampu menitipkan potongan-potongan cerita suka duka -seperti biasa cerita duka mengambil porsi lebih besar- melalui kata ketika ternyata aku tersesat dalam diksiku sendiri, dalam ruang yang tak lekat denganku. Aku berlari tanpa arah mencari kata yang kiranya mampu mengantarkan ceritaku masuk ke dalam rongga-rongga otakmu tapi nyatanya tiada kata aku dapat. Diam nyatanya masih terlalu tangguh perihal rasa yang terendap, kata yang tersesat, dan kisah yang tak beralur.
No comments:
Post a Comment