Tuesday, January 21, 2014

Emptiness; Availability

Apa-apa yang tampak kosong belum tentu apa-apa yang mampu dijamah. Aku pergi ke sana, ke sebuah toko pakaian di suatu jalan di Kota Kembang. Aku melaju menerobos dinginnya angin musim hujan. Aku tak bisa menghindari sentuhan-sentuhan angin yang menggeliat di atas permukaan kulit tubuh yang tak telapisi. Aku dorong pintu toko. Berjejer di sana pakaian-pakaian jadi selera anak muda. Aku memilih duduk saja depan pintu. Duduk di salah satu bangku dari dua yang ada. Empuk. Nyaman. Aku lihat kaki-kaki melangkah ke sana ke mari. Aku lihat tangan-tangan menari menyibak pakaian. Aku juga lihat di depanku ada sebuah kursi lagi. Kosong. Tidak ada yang duduk di sana padahal semua yang di sana pasti tahu kursi kodratnya untuk diduduki. Aku temui di sana, kursi tak sendiri. Ada meja bersanding diam. Oh. Aku tahu. Itu kursi berbeda kodrat. Tidak ia dibeli oleh pemiliknya untuk diduduki. Namun, jikalau mau, pemiliknya boleh saja duduk di sana. Ada deretan kata memberi aku tahu bahwa kursi tersebut tidak boleh diduduki. Oh, bagian dari ornamen toko. Aku lalu menyusun kata dalam hati, "It's empty but it's not available." Aku kira konsep ini mirip dengan mereka-mereka yang sendiri. Untuk beberapa hal, mereka mereka memang sendiri tapi bukan berarti mereka bersedia didapatkan oleh sebagian dari kamu. Begitu.

No comments:

Post a Comment