Senja itu, kamu angkat cangkir kopimu pelan. Sepersekian detik kemudian, lengan kananmu membentuk sudut lancip. Bibir cangkir lalu melekat hangat pada bibirmu yang membuat kopimu kini berpindah wadah. Kamu begitu lelap pada adegan demi adegan rutin seperti itu hingga kosong cangkirmu. Aku adalah teguk terakhir kopi yang kamu punya. Yang kamu lalui begitu saja tanpa pernah menyadari bahwa tiada sisa setelahnya. Teguk terakhir yang begitu pahit. Bukan karena ampas. Hanya saja kamu belum siap menjumpa akhir. Sampai tiba ketika sudut lancip lenganmu terbentuk lagi, kamu hanyak menjumpai kosong.
No comments:
Post a Comment