Jadi, barang abtrak macam kesedihan itu ada baunya. Baru-baru ini saya menyadari setelah sekian waktu. Entahlah kalian pun menciumnya atau tidak tapi saya akan mulai menjelaskan hal yang tidak akan pernah jelas ini. Sore tadi, saya teringat sesuatu yang menurut saya menyedihkan. Hmm, mungkin tidak seberapa menyedihkan untuk selain para melankolis. Hitungan detik sebelum air mata saya meluncur, saya merasa ada yang mengalir dari kepala ke hidung saya. Saat yang bersamaan, ada yang mendesir deras di benak saya. Ada rasa sesak sedikit linu di pangkal hidung yang tidak mancung ini. Tepatnya di perbatasan tulang keras dengan tulang rawan. Seperti ada yang mengalir lalu tertahan di sana. Seketika, ada bau khas yang menyeruak ketika saya menarik napas. Baunya seperti bau besi. Begitu tajam. Dan begitu tidak asing. Namun kemudian hilang dengan cepat begitu air mata mulai terurai. Itu dia yang saya sebut sebagai bau kesedihan.
No comments:
Post a Comment