Tuesday, March 11, 2014
Aman, Bebas
Bagi aku, aman dan bebas itu dua hal yang bediri pada poros masing-masing dan tidak saling memberi pengaruh pada satu sama lain. Entah kalau kamu. Seringnya, kita berada dalam mandala yang bebas, begitu bebas tanpa ada yang menjamin kita aman. Justru, tanpa kita sadari, keamanan membelenggu kita untuk menyesap kebebasan. Apakah ketika melakukan bungee jumping, kita bebas? Seolah kita bebas; merentangkan tangan, terjun dari ketinggian puluhan bahkan ratusan meter, menerobos gugusan angin yang menerjang wajah, menikmati pemandangan elok, membiarkan rambut terkibas-kibas rancau, memacu adrenaline, merasa jiwa terlepas dari belenggu, pikiran penat luruh bersama jatuhnya tubuh mendekat bumi, dan hal-hal yang yang seolah membuat kita bebas hingga pada titik tertentu tali menggenggam erat kaki kita menahan laju kebebasan tadi. Kamu tahu? Tali ini adalah jelmaan dari keamanan yang nyata-nyata merenggut kebebasan kita. Keamanan dan pengaman membuat kita tidak bebas. Apa yang membuat kita bebas? Bukan keamanan, bukan pengaman. Kamu tahu parkour? Iya parkour itu seni gerak yang bertujuan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan begitu efisien dan cepat dengan menggunakan kemampuan tubuh manusia untuk melalui segala halang rintang, termasuk berpindah dari satu gedung ke gedung lain tanpa adanya pengaman yang melekat di tubuh. Untuk bisa melakukan ini pastilah harus disiplin berlatih dalam waktu yang tidak singkat. Inilah yang aku sebut bebas tanpa aman. Mereka melesat tanpa ada pengaman yang membuat mereka bebas bagai burung tanpa sangkar. Bukan pengaman atau keamanan yang membuat kita bebas tapi rasa aman. Mereka, para penggelut parkour, akan bergerak bebas karena mereka merasa aman oleh sebab telah mahir, bukan oleh sebab alat pengaman.
Dan mengapa banyak yang memilih 'aman' daripada 'bebas' ketika burung lebih memilih cakrawala ketimbang sangkar? Jika boleh aku mengibaratkan, mereka yang memilih 'aman' ketimbang bebas adalah burung yang memilih tinggal dalam sangkar. Tak perlu menggepakkan sayap untuk mencari makan, tidak perlu bergesa ketika hujan badai. Itu karena mereka tidak yakin akan dirinya sendiri, akan kemapuannya mencari makan, akan kebolehannya mengepakkan sayap. Jadi, buat mereka tak apalah terkurung murung dalam sangkar, tak melihat kemolekan alam ketika terbang mengudara, tak menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang menerjang, tak bisa bebas, asalkan persoalan makan dan minum esok hari aman.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment