Tuesday, December 31, 2013

Laut

Tiap-tiap ombak yang melemah ke tepian akan mengantarkan tiap-tiap bulir kebahagiaan bagi yang merindu. Aku berdiri di sana untuk memberi laut tahu bahwa aku sedang rindu pada sapuan-sapuan air bercampur pasir di kakiku. Angin laut yang menari menyentuh tubuhku lalu merengkuh erat dan seperti mengikat tak hendak dilepasnya tubuh ini. Aku ingin di sini saja. Di pantai. Di mana rasa yang ada pergi bersama air laut yang melaut sampai yang tertinggal hanya bahagia.

Friday, December 27, 2013

Pulang

Oh begini rupanya senang yang kelewat hebat. Banyak kupu-kupu bersemayam di liang perutku. Ada kembang api meletup-letup di dada. Hendak aku menuju kotaku esok. Aku pulang. Rasanya seperti hendak jumpa kekasih yang lama tak sua. Begitu mendebarkan, aku begitu tidak bersabar. Akan lagi aku melangkahkan kaki di sana melanjutkan jejak jejak lalu, sebelum akhirnya nanti aku berjalan di tempat di sana. Semoga. Aamiin.

Monday, December 09, 2013

Is It Normal?

I just told my friend, Molly, that if someday I have a lot of money by myself, the only one I'm gonna visit is a psychologist. Something's wrong in me. I have felt it from a long long time ago that I have a serious mental problem. No, I'm not crazy enough to be kept in an asylum. I have a serious problem when meeting new people; I lose the real I am. I'll be someone else in front of new people. I realize it but I can't do anything to prevent it. I can't be the real me when we're not close enough but when we are, I'll be doing things they never think I could do before. Maybe you think it's a normal thing, but no, it's not like as simple as you think. In addition, I have an over sensitive side in me that no one could understand but a psychologist. It's really annoying. I can't even describe what happens in me. I have to heal myself.

Rencana

(saved as draft on September 2012, published on December 2013)

Kemarin ada yang bertanya kepadaku dengan senyum yang begitu mengembang namum dengan makna yang masih mengambang tentang keinginanku jaman putih abu-abu dulu. Dulu sekali, semasih muda, aku pernah berikrar kepadanya dengan tembok kuning muda kelasku beserta papan tulis sebagai saksinya bahwa aku ingin menikah muda. Aku bisa tertawa tepingkal-pingkal hingga malam tahun baru rasanya bila mengingat hal gila itu. Juga, aku menambahkan batasan maksimal usia aku menikah. 20. Iya. Dua puluh tahun! Entah jiwa belia yang bagaimana yang aku punya saat itu.

Dan sekarang usia ku 20 tahun lebih 3 bulan. Lewat sudah batas maksimal yang aku buat sendiri dengan bodohnya. Jauh sebelum usiaku 20 tahun, aku sudah mengubur dalam-dalam keinginan konyolku itu. Menikah ternyata tak semudah yang pernah aku bayangkan bertahun-tahun lalu. Jalanku masih sangat panjang untuk aku jalanin sendiri hingga nanti ada yang datang.

Sudah banyak rentetan rencana yang aku buat sejauh ini. Kali ini logika terlibat lebih banyak. Segala yang samar sudah mulai tersingkir. Semoga tidak cuma berakhir sebagai wacana belaka. Aku sudah memutuskan ke mana aku akan berkelana untuk menjadi bahagia. Semoga Tuhan merestui. Aamiin.

Sunday, December 08, 2013

Bandung

Kata Ayah Pidi, Bandung itu bukan cuma masalah geografis, lebih dari itu, melibatkan perasaan dan aku percaya masing-masing dari kita punya Bandung-nya sendiri-sendiri. Sangat mengesima bagaimana kemudian urusan perasaan bisa tekotak-kotak oleh masalah geografis. Aku pun punya Bandung versiku sendiri di mana selalu ada tenang dan senang ketika berada di sana. Selalu ada konsep "rumah" di dalamnya yang merupakan sebab aku selalu ingin pulang kepadanya dan pula sebab aku ingin selalu terbangun dan tertidur di sana tiap hari. Semoga, satu hari nanti. Aamiin.

Thursday, December 05, 2013

Lousy One



This is my father's old and lousy watch that I have worn since I was in 1st grade in senior high school. A long time ago, I borrowed it from my dad and I wore it everyday to school. I feel like I have got engaged to this classic watch. From its appearance, we know that this is not an expensive one but I do love it so much. I have worn this watch for several years. Though it doesn't look good anymore now, I still love wearing it. It has accompanied me in many important events in my life. I feel that my dad is always with me in every step I take when I wear it. Around 3 months ago, I bought two new watches so I gave this watch back to my dad. However, my new watches aren't better than this and few days ago I asked my dad to lend me this watch again. Yep, I'm kinda people who always feel incomplete doing daily activities without any watch. Even a lousy one.

Twitter

Twitter. You may follow everyone who doesn't always follow you back.

Aku belum pernah ngalamin hal kaya gini sebelumnya di jejaring sosial apapun yang pernah aku punya. Aku belum pernah ngerasa begitu terikat sama jejaring sosial apapun selain sama Twitter. Aku banyak follow akun-akun yang menurut aku menarik untuk dibaca, di samping akun-akun pribadi teman-teman aku. Saat ini aku ngefollow hampir 450an akun yang bisa dibilang banyak untuk ukuran akun yang punya follower sekitar 700an aja. Aku banyak follow akun yang biasa disebut "selebtweet" -apapun namanya itu, aku kurang peduli- yang menurut aku, apa yang mereka post di Twitter itu menarik-menarik banget, entah itu lucu, garing, informatif, ataupun kreatif. Tweet-tweet yang menarik itu terlalu akung kalau cuma dibaca gitu aja. Aku selalu ngedokumentasiin tweet-tweet yang menurut aku menarik itu pake 'screen capture'. Lain hari, aku suka baca-baca lagi tweet-tweet itu dan selalu bisa ngebuat aku tersenyum bacanya. Sampai saat ini mungkin udah ribuan lebih tweet yang aku capture.

Istilah 'selebtweet' mungkin ngga begitu akrab bagi beberapa orang sih. Dan bisa banget dipastikan timeline orang macem itu pasti sepi dan ngebosenin banget. Aku bersyukur banget karena aku berada di lingkungan orang-orang yang juga follow para 'selebtweet' ini. Kebanyakan, aku dan teman-teman follow orang aku sama tapi tidak selalu, kembali lagi ke selera. Ini yang menarik. Kita, aku dan teman teman, sering banget bahas tentang mereka dan tweet mereka di manapun dan kapanpun. Obrolannya kurang lebih kaya gini.

Moving



I just bought a new book tittled Pindah, the tagline of which is "Ada indah di setiap pindah". I really love the tagline and also the design of the book cover. For the tittle is Pindah (moving), one thing chosen to be the theme of the cover is the cardboard boxes. Cardboard boxes are so identically related to moving. When people are gonna move to another place, cardboard boxes happen to be used to package all of stuff. Cardboard boxes are used to make us easier to carry all things needed to be moved. Move to another place, the better one. One thing to be remembered when putting in all the stuff is which stuff is worth carrying. Not all stuff of us needs to be put into the cardboard boxes. Some stuff is better left in the old place just like memories and stories. People do have memories made in their own stories with people they may love or hate. Memories and stories will always be there. We cannot erase them for they happened in our past but we can, for sure, leave them and let them stay in our past. They live there and we have the power not to carry them to our present and future. We have to be so selective about which stories or memories deserving place in our life. When we do any mistake in selecting them, we will find difficulty to enjoy this blissful life. If you're willing to move, recheck your cardboard boxes. Put all important stuff outside and leave them. You know the cardboard box for memories and stories is your mind. Recheck whether memories and stories staying there are worth being there! Let's move to better place! Let's move forward!