Friday, August 10, 2012

Segaris Kopi

Ketika berjalan berdampingan terlalu imajiner untuk kita, mari kita coba jalan berlawanan, yang mungkin memiliki kekuasaan paling kuasa untuk mempertemukan kita di tengah jalan sana. Aku punya garis awal ku sendiri, begitu juga kamu, tapi semoga kita hanya punya satu garis akhir nanti di depan sana. Semoga kita bertumpu pada titik yang sama, titik yang tiada lagi bisa kita bergeser darinya. Titik yang menjadi pijakkan garis akhir kita.

Ketika menikmati secangkir kopi hitam panas di depan rumah pada pagi yang masih tiada terang adalah yang terlalu fana untuk kita, mari kita menunggu sejenak, menunggu pagi bertukar malam. Dan ketika malam menyelinap, mari berjalan menuju kedai kopi di ujung gang sana. Mari duduk semeja ditemani kopi pesanan masing-masing. Selanjutnya, biarkan aroma-aroma kopi ini menjalar ke rongga hidung yang membuat kita enggan tertidur.

No comments:

Post a Comment