Apakah iya keheningan memberi jarak di antara kita? Atau justru ia yang menjadi penghubung? Karena nyatanya jembatan kayu yang hampir putuslah yang menghubungkan, bukan memisahkan. Begini. Keheningan ini bagai sungai di bawah jembatan. Keheningan ini terus mengalir bagai aliran sungai yang ujungnya entah di mana. Keheningan ini entah bermuara pada sapa yang mana. Keheningan ini seolah memberi jarak agar rindu bertempat. Rindu ini bagai jembatan kayu, membentang di antara kita seolah menjadi penghubung. Namun sayang, tidak jua kita terhubung. Tak satupun dari kita berdaya untuk melintasi jembatan itu. Tak satupun dari kita ikhlas melipat rindu. Hingga tiba saatnya rindu benar-benar berlaku bagai jembatan usang yang rapuh. Putus tebawa arus. Yang tersisa pada akhirnya hanyalah keheningan. Keheningan yang konstan.
No comments:
Post a Comment