Wednesday, January 14, 2015

2014

Sudah lama tidak menulis di sini. Karena mungkin saya lebih sering mengakses media sosial lain untuk berbagi sesuatu. Sedikit-sedikit dibagi di Instagram. Sedikit-sedikit diposkan di Twitter. Sedikit-sedikit menulis di Tumblr. Hingga lupa punya rumah di sini. Hingga lupa terakhir bercerita adalah di bulan September. Sisa tiga bulan di 2014 sama sekali tidak dipakai untuk sekedar membual di sini. Tapi, kalau diingat pun, sepanjang 2014, saya jarang berbagi cerita tentang apa yang sedang saya jalanin saat itu. Sibuk? Tidak juga. Mungkin terlalu fokus pada hal-hal yang memang membutuhkan fokus saya lebih besar. Skripsi. Iya. Saya jadi harus lebih sering buka Ms. Word di laptop saya. Dan ketika membuka browser pun, bukan alamat blog saya ini yang saya tuju melainkan laman-laman lain yang terlihat lebih akademis. Saya harus berjibaku dengan jurnal-jurnal, e-book, dan segala macam yang berhubungan dengan itu. Saya juga jadi harus banyak bolak-balik perpus skripsi. Padahal sangat ingin mengabadikan segala yang saya hadapi di 2014 ini ke dalam kata-kata.

Dimulai dari awal Januari. Akhir Desember 2013 sampai awal Januari 2014 saya lari sebentar dari hiruk-pikuk kota saya. Saya pulang ke Jogja. Tahun baruan sih katanya. Sebenarnya saya bukan orang yang suka merayakan datangnya sebuah tahun yang baru. Saya lebih senang tidur di rumah. Tapi ini Jogja. Saya jadi harus terlihat seperti ikut merayakan tahun baruan karena datang ke Jogja ketika akhir tahun. Tak apa. Yang penting Jogja. Bukan itu yang sebenarnya saya inginkan. Bukan hanya pulang sepekan dua pekan ke sana. Saya ingin lebih lama dari itu. Saya ingin bukan hanya tahun baru saja. Saya ingin sepanjang tahun. Suatu saat nanti. Semoga. Ya, Tuhan?

Tanggal 11 Januari 2014, satu dari dua kakak kembar saya menikah. Yang bebrarti, rumah saya kehilangan satu penghuninya. Sepi itu terasa lagi. Tapi pilunya tidak sama. Lebih ringan.

Bulan-bulan selanjutnya adalah bulan-bulan perjuangan untuk saya di kehidupan kuliah. Saya masih mengikuti tiga kelas. Memang tiga mata kuliah ini normalnya diambil di semester 8. Di saat mahasiswa jurusan lain hanya tinggal mengerjakan skripsi, saya masih harus kuliah dengan tiga mata kuliah; Seminar on Linguistic, Psycholinguistics, dan Sociolinguistics. Dan saya jatuh cinta sama Sociolinguistics yang diampu Pak Eko.

Di bulan Maret, saya dan (hampir) seluruh teman seangkatan harus mengikuti Seminar Usulan Judul Skripsi. Lancar? Hmm lumayan. Saya tidak harus mengulang dan mengganti usualn judul saya. Alhamdulillah. Kehidupan kuliah saya kembali seperti biasa karena belum ada pengumuman pembagian dosen pembimbing skripsi. Akhir April akhirnya saya dan teman-teman mendapat dosen pembimbing. Dosen pembimbing saya ALHAMDULILLAH bukan dosen yang susah dicari dan ditemui. Saya dibimbing oleh dua dosen perempuan; Bu Eva dan Bu Elvi. Saya sudah pernah diajar beliau-beliau ini sebelumnya. Masing-masing dua semester. Jadi, lumayan sudah mengenal mereka. Saat pengerjaan skripsi pasti ada saja halangan dan kesulitannya. Bila melihat perjuangan teman-teman saya yang dibimbing oleh dosen lain, wajar rasanya jika saya sebelumnya mengetik kata alhamdulillah dengan huruf kapital.

Bu Eva mudah ditemui. Beliau punya jadwal tetap setiap minggunya khusus untuk bimbingan. Ya walaupun setiap bimbingan dimulai jam setengah delapan pagi di kampus Dipati Ukur yang artinya saya harus susah menunggu Damri di pinggir jalan jam 6 pagi. Sebelumnya, kita sering harus menyusul beliau ke Hotel Aston Pasteur karena beliau ada acara di situ selama beberapa minggu. Saya mendapat acc dari Bu Eva tidak terlalu lama. Hanya sekitar tiga smapai empat kali bimbingan. Justru saya diberi kesempatan untuk belajar lebih banyak dengan Bu Elvi. Beberapa kali saya harus bolak-balik ke rumah beliau untuk bimbingan. Membongkar beberapa bagian dari analisis data saya. Sempat down tapi lalu semangat lagi. Pernah sekali waktu pulang dari rumah beliau, saya menangis. Heheh iya saya cengeng. Tapi lagi-lagi saya bersyukur mendapat dosen pembimbing seperti mereka. Bu Elvi meminjamkan saya banyak sekali buku untuk bahan referensi saya. Suatu waktu saya disuruh belaiu untuk membaca beberapa buku. Namun, saya hanya mendapatkan satu dari sekian buku tersebut. Lalu saya mengutarakan kepada beliau bahwa saya hendak meminjam buku beliau. Dan tanggapannya sangat positif. Saya diminta datang ke rumahnya dan memfotokopi bukunya. Beliau bilang tidak boleh dibawa karena sedang ia gunakan juga untuk menyusun penelitiannya. Ketika datang ke rumahnya, yang menemui saya hanya si mbaknya saja. Saya tidak bertemu beliau. Si Mbak menyampaikan pesan Bu Elvi kepada saya sembari menyerahkan buku-bukunya. Dan saya sangat terharu ketika menerima buku-buku tersebut. Di setiap buku ditempelin post-in oleh Bu Elvi yang berisi halaman-halaman berapa saja yang bisa menjadi referensi untuk penelitian saya. Sekali lagi, saya terharu.

Bimbingan demi bimbingan akhirnya terlewati dengan manis. Tibalah saya mengurus keperluan sidang akhir saya. Ketika di kondisi seperti ini, percayalah bahwa "semuanya teman semuanya musuh". Jika kamu pernah melaui masa-masa skripsi, mungkin kamu akan tahu maksudnya. Pengumuman dosen penguji adalah hal yang paling mendebarkan pada fase itu. ALHAMDULILLAH saya mendapat penguji yang ALHAMDULILLAH tidak menyusahkan. Saya diuji oleh Pak Eko dan Pak Sutiono. Saya sangat bersyukur diuji oleh beliau-beliau ini yang alhamdulillah cukup menganl saya. Pak Eko sudah tau betul tentang skripsi saya walau beliau bukan dosen pembimbing saya. Di mata kuliah Research Methods yang diampu beliau, saya mengajukan judul presentasi yang sama dengan judul skripsi saya. Dan ketika itu tanggapan beliau terhadap judul saya sangan positif. Begitu pun di mata kuliah Seminar on Linguistics. Kalau Pak Sutiono, beliau tidak aneh-aneh ketika menguji. Seperti ngobrol saja. Santai. Alhamdulillah lulus dengan nilai A. Dan cumlaude juga. Alhamdulillah.

Setelah sidang akhir, saya sibuk mengurus pemberkasan skripsi yang super njlimet karena harus melalui beberapa prosedur yang lumayan panjang sebagai syarat mengukiti wisuda. Dan saya pun diwisuda sebulan setelah saya sidang akhir. Apa yang menarik dari wisuda saya? Jadi, gelombang wisuda saya adalah gelombang pertama yang mengenakan toga baru. Bukan lagi hitam kuning warnanya. Toga UNPAD sekarang lebih bewarna karena tiap jenjang akan memiliki warna yang berbeda. Untuk strata 1 warnanya erah maroon. Toganya bagus. Bahannya tebal. Tapi sayang hanya dipinjamkan. Jadi, harus dikembalikan. Atau bisa juga dibeli seharga 750K. MAHAL. Alhamdulillah banyak teman-teman yang datang dari jauh. Tapi sayang, hp saya ketika itu karena lowbat, banyak teman-teman yang mencari saya dan tidak ketemu padahal sudah beli bunga katanya. Heheh gapapa saya senang sekali kok.

p.s. Sisa 2014 sampai saat ini masih diisi dengan kegiatan cari kerja.