Saturday, January 12, 2013
Merentang
Banyak yang hanya sekejap dan menghilang cepat. Ada yang mulanya hanya lewat tak bertepi tapi ternyata tak kunjung pergi. Kubiarkan ia singgah meski sejenak karena rupanya ada hati yang masih ingin ia untuk tetap tinggal. Di lain hari, ketika isi kepalaku serempak berkata tidak, aku ikuti kemudian. Aku sengaja tidak lagi menengok kata hati. Aku tahu itu hanya akan mengganggu laju langkah di jalan setapak ini. Kini, aku biarkan ia tidak singgah lagi karena memang destinasi awalnya tidak terbingkai pada aku. Aku biarkan tanganku merentang luas melepas apa yang seharusnya tidak pernah ia dekap erat.
Lantang tapi Malang
Ada yang terlalu bersuara lantang seolah ingin menantang petang. Sayang, hanya lantang dalam kungkung malang. Tak usah berlenggak bak pemenang jika yang mengakuinya hanya dirmu seorang. Aku bukan ahli paham. Aku tak paham apa yang berlenggang manja di kepalamu. Kiranya kau memenjarakan aku terlalu tinggi sehingga tidak siap ketika aku mulai berlari. Berlari dari pikiran-pikiran yang kau bangun sendiri tentang aku. Tak perlu berkata-kata nista karena nyatanya kau sedang menggambarkan bagaimana dirimu sebenar-benarnya lewat kata-kata itu. Jadilah senang di jalanmu sendiri yang tanpa harus mengusik jalan orang lain yang telah benar-benar bahagia. Tak sekedar pura-pura belaka.
Subscribe to:
Posts (Atom)